Kabupaten Malang, blok-a.com – Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kabupaten Malang meningkat drastis pada Maret 2024. Bahkan hingga Sabtu (23/3), ditemukan sebanyak 905 kasus, dengan angka kematian mencapai 10 jiwa.
Dibandingkan akhir bulan Februari 2024, angka positif DBD dan kematian juga mengalami peningkatan. Dinas Kesehatan Kabupaten Malang mencatat sebanyak 130 angka positif, satu di antaranya meninggal dunia.
Angka tersebut juga dinilai meningkat tajam dibandingkan tahun 2023 silam. Dinkes Kabupaten Malang mencatat, DBD ditemukan sebanyak 1.009 kasus dengan angka kematian sebesar 9 kasus sepanjang satu tahun.
Kepala Bidang Pecegahan dan Pengendalian Penyakit, Dinkes Kabupaten Malang, Tri Awignami Astoeti menerangkan bahwa kasus DBD tersebut cukup menjadi sorotan. Kenaikan kasus mencapai dua kali lipat dibandingkan tahun sebelumnya pada periode yang sama.
Awig juga menyebut, sebanyak 70 persen penderita DBD berusia 15 tahun ke atas. 56 Persen di antaranya berada pada rentang usia 15 hingga 44 tahun.
“Sedangkan usia penderita DBD di bawah 15 tahun sebanyak 30 persen. Di antaranya umur terbanyak yakni rentan usia 5 hingga 14 tahun, mencapai 24 persen,” beber Awig saat melaksanakan Rakor Pencegahan dan Pengendalian Penyakit DBD, pada Kamis (28/3/2024).
Sejumlah upaya akan terus dilakukan oleh Dinkes Kabupaten Malang untuk menurunkan tren lonjakan DBD. Utamanya berkerjasama dengan stakeholder terkait untuk melakukan sosialisasi dan pencegahan. Melalui imbauan kepada masyarakat untuk menjaga kebersihan lingkungan sekitar.
“Gerakan pemberantasan sarang nyamuk belum membudaya, masif dan berkesinambungan. Sementara itu masyarakat lebih suka fogging,” katanya.
Hal yang sama juga dikatakan oleh Wakil Bupati Malang, Didik Gatot Subroto. Ia menerangkan, untuk mengantisipasi penyebaran penyakit musiman tersebut dapat dilakukan dengan menggandeng stake holder terkait.
Mulai dari meningkatkan kesadaran masyarakat terkait kebersihan lingkungan, bidan desa yang semakin masif, perangkat desa, puskesmas terdekat, hingga Dinas Kesehatan sebagai koordinator pencegahan.
“Mari kita lakukan gerakan di lapangan, utamanya edukasi melalui tim kesehatan di tingkat kecamatan hingga desa. Bikin perilaku buang sampah ke tempatnya,” pungksnya. (ptu/gni)