Kota Malang, blok-a.com – Sate gebug, makanan legendaris yang sudah dikenal sejak zaman kolonial Belanda, masih tetap menjadi salah satu tempat kuliner legendaris di Kota Malang, terutama di kawasan Jalan Basuki Rahmad Nomor 113 A, Klojen.
Lokasinya yang dulu bersebelahan dengan restoran franchise asing kadang membuat orang kebingungan menemukannya, terutama bagi pendatang dan wisatawan luar Malang. Apalagi dengan kondisi kedainya yang masih klasik, tentu tak sedikit orang yang mengiranya hanya rumah biasa.
Bagi pengunjung Kota Malang yang ingin menikmati kuliner khas Kota Malang ini dan masih bingung di mana letaknya, cara termudah menujunya adalah berjalan kaki dari Kayutangan Heritage ke arah utara menyeberang perempatan rajabali, lalu terus saja. Lokasinya berada di sebelah barat Jalan Basuki Rahmat.
Meskipun begitu, eksistensi kuliner ini masih kokoh di tengah gencarnya perkembangan kuliner kekinian di era milenial.
Pemegang tahta sate gebug saat ini, Achmad Kabir, mewarisi usaha ini dari kakek buyutnya sejak tahun 1920 pada masa pemerintahan Hindia Belanda. Bangunan tempat jualan sate gebug ini bahkan tetap sama sejak awal berdirinya.
Awalnya, sang pendiri, Yahmun, bersama istrinya, Mbah Karbo Ati, membeli bangunan bekas pabrik es milik perusahaan Belanda di Kota Malang untuk dijadikan tempat jualan sate gebug.
Inspirasi bumbu sate gebug tersebut merupakan perpaduan resep dari Solo dengan sentuhan khas Malang. Proses pembuatan sate ini unik, di mana daging sapi dipukul terlebih dahulu untuk membuatnya empuk, sehingga muncul nama sate gebug.
Resep dan cara pembuatan sate gebug telah diwariskan secara turun-temurun dari generasi ke generasi, dimulai dari Yahmun dan Mbah Karbo Ati, lalu dilanjutkan oleh generasi ketiga Tjipto Sugiono dan istrinya, Rusni Yati Badare, hingga saat ini oleh Achmad Kabir, anak dari keduanya.
Dengan tetap mempertahankan resep dan tradisi keluarga, sate gebug tetap menjadi favorit bagi para penikmat kuliner di Kota Malang. Keberadaannya yang telah melewati berbagai generasi menunjukkan betapa nilai tradisional dan keunikan kuliner ini masih dihargai hingga saat ini.