Blitar, blok-a.com – Perum Jasa Tirta (PJT) I kembali melaksanakan kegiatan flushing atau penggelontoran di Bendungan Wlingi dan Lodoyo, Kabupaten Blitar.
Flushing ini bertujuan untuk mengembalikan fungsi dari kapasitas atau tampungan dari Bendungan Wlingi dan Bendungan Lodoyo. Sehingga nanti jika ada banjir besar air tidak sampai meluber.
Flushing juga diharapkan mampu mengoptimalkan fungsi bendungan dalam pengendalian banjir. Kemudian juga airnya bisa dimanfaatkan untuk keperluan air baku, baik untuk industri maupun rumah tangga maupun juga untuk irigasi.
Hal ini diungkapkan Kepala Divisi Jasa Asa I Perum Jasa Tirta I, Hermawan Cahyo Nugroho.
“Jika ada banjir besar, air bisa ditampung. Selain itu, airnya bisa dimanfaatkan untuk kebutuhan air baku, baik industri maupun rumah tangga dan juga irigasi,” kata Hermanwan Cahyo Nugroho, Senin (20/05/2024).
Herman menandaskan, kegiatan ini berlangsung mulai 20 Mei hingga 25 Mei 2024, dengan tujuan utama untuk mengembalikan kapasitas tampungan waduk yang telah berkurang akibat sedimentasi.
“Pembukaan flushing dimulai pada pukul 12.15 WIB di pintu air Bendungan Lodoyo, dan satu jam kemudian dilanjutkan di Bendungan Wlingi,” tandasnya.
Lebih lanjut Herman menyampaikan, kapasitas awal tampungan waduk Wlingi sekitar 25 juta meter kubik.
Namun, efektivitas waduk Wlingi saat ini hanya sekitar 2,5 juta meter kubik atau 10 persen dari total kapasitas awal.
Data PJT I menunjukkan bahwa flushing tersebut mampu menggelontor sekitar 350 hingga 500 ribu meter kubik sedimen ke hilir.
“Sedimen ini diperlukan untuk mengisi relung-relung dasar sungai di Brantas tengah yang mengalami degradasi dasar sungai. Harapannya, setelah kegiatan flushing ini, kapasitas tampungan waduk bisa meningkat lagi. Biasanya Waduk Wlingi dan Lodoyo mampu di-flushing sekitar 350 hingga 500 ribu meter kubik sedimen ke hilir,” jelasnya.
Hermawan Cahyo menambahkan, selain itu Perum Jasa Tirta (PJT) I juga melakukan pekerjaan perbaikan infrastruktur untuk memastikan bendungan dapat berfungsi optimal sesuai rencana.
“Selama proses flushing, akses jalan di sekitar Bendungan Wlingi dan Lodoyo ditutup sementara untuk keperluan operasional alat berat,” imbuhnya.
Biasanya, saat dilakukan flushing, banyak ikan yang mabuk dan menjadi mudah ditangkap. Jadi kesempatan bagi warga di bawah bendungan seperti di Blitar, Tulungagung dan Kediri untuk mencari ikan.
Hermawan mengingatkan bahwa aktivitas ini harus dilakukan dengan sangat hati-hati mengingat pergerakan air yang besar dan tidak terkontrol selama proses flushing.
“Kami mengimbau masyarakat agar berhati-hati selama proses flushing ini, karena pergerakan air yang besar dan tidak terkontrol bisa sangat berbahaya,” tegas Hermawan.
Hermawan menandaskan, setiap tahun, kegiatan flushing dilakukan berdasarkan hasil ecosounding yang memperlihatkan penumpukan sedimen di daerah tertentu.
“Di Sungai Brantas, sedimentasi sudah cukup tinggi sehingga waduk-waduk kita mengalami sedimentasi yang besar. Flushing ini menjaga fungsi waduk agar tetap optimal dalam mengendalikan banjir dan mengatur alokasi air di musim kemarau,” tandasnya.
Diharapkan, kegiatan flushing di Bendungan Wlingi dan Lodoyo dapat memberikan dampak positif bagi pengelolaan air di wilayah Brantas.
“Meski membawa manfaat, proses flushing ini juga membutuhkan perhatian serius terkait keselamatan dan pengawasan lingkungan. Dengan kolaborasi dan kesadaran masyarakat, tujuan untuk menjaga kapasitas dan fungsi waduk dapat tercapai dengan baik,” pungkasnya. (jar/lio)