Bedah Insecure tanpa Self Diagnose ala Pakar Psikologi Islam UIN Malang

Kepala Bidang Pengembangan Organisasi dan Keanggotaan Asosiasi Psikologi Islam, Romi Anshorulloh ketika berikan cara hadapi insecure ke peserta Bincang Psikologi Islam (foto: Arif Sulistya/Blok-a.com)
Kepala Bidang Pengembangan Organisasi dan Keanggotaan Asosiasi Psikologi Islam, Romi Anshorulloh ketika berikan cara hadapi insecure ke peserta Bincang Psikologi Islam (foto: Arif Sulistya/Blok-a.com)

Kota Malang, Blok-a.com – Rasa insecure atau perasaan rendah diri dan tidak aman kerap kali menghantui anak muda. Entah karena kurangnya percaya diri, merasa tersaingi, atau tekanan sosial. Dan ternyata, ilmu psikologi Islam punya jawaban untuk mengatasi masalah tersebut.

Menurut Pemateri Bincang Psikologi Islam (BISIK), Romi Anshorulloh, rasa insecure memanglah hal wajar. Kecuali, jika perasaan tersebut sudah bersifat menyakiti diri sendiri.

“Insecure itu sesuatu hal yang wajar, normal, jadi rendah diri itu adalah hal normal. Selama belum taraf merendahkan diri, membully diri itu, terus direndah-rendahkan diri itu baru butuh diterapi,” lanjut lelaki yang juga menjadi Kepala Bidang Pengembangan Organisasi dan Keanggotaan Asosiasi Psikologi Islam (API) itu, pada (21/11/2023).

Menurut Romi, rasa insecure yang berlebihan pasti diakibatkan oleh faktor tambahan. Namun seseorang yang mampu mengelola rasa insecure-nya dengan baik, akan mampu mengubahnya menjadi motivasi dan semangat.

“Kalau sudah ganggu, itu mesti ada sesuatu. Insecure itu pada beberapa hal itu membuat kita semangat. Bagaimana supaya aku seperti dia tapi versi aku sendiri,” lanjut dia.

Soal penyebab insecure, dia menyampaikan bahwa terdapat sejumlah faktor. Seperti pola asuh orang tua, kegagalan di masa lalu, dan sikap perfeksionis. Sementara ciri-cirinya, antara lain rendah diri, menghindari hubungan dekat dengan orang lain, dan cemas berlebih.

Mengatasi Insecure dengan Psikologi Islam

Selain itu, Romi juga menyebutkan beberapa tahap dalam psikologi islam yang dapat membantu mengatasi rasa insecure yang berlebihan.

Langkah awalnya harus dimulai dengan ridho, atau menerima. Ini berarti bahwa seorang individu dapat menerima luka-luka dan trauma di masa lalu, juga mampu melepas semua rasa sakit yang pernah dia alami. Dengan ridho, maka diri akan bersifat afirmatif. sehingga bisa menetralkan perasaan insecure.

Kemudian, setelah seseorang ridho dan menerima, maka level selanjutnya yakni bersyukur.

“Ridho itu menerima, luka-luka yang aku alami, setelah itu baru bersyukur. Setelah level ridho itu dilewati baru bersyukur. Bersyukur itu sudah level tertinggi di atas menerima,” papar dia.

Dia juga memaparkan, seseorang yang merasa insecure bisa mulai proses penyembuhan diri sendiri setelah bersyukur. Bentuknya dapat berupa, mulai mengembangkan kebiasaan bersikap ramah pada tubuh dan pikirannya sendiri, serta rileks dalam menghadapi masa depan.

Insecure memang diakui sebagai masalah yang perlu menjadi perhatian. Pasalnya, ada fenomena self diagnose yang terjadi pada sebagian orang, karena kemudahan mengakses informasi di internet, terlebih media sosial. Pada perilaku self diagnose ini, seseorang menentukan dirinya memiliki penyakit mental, berdasar keyakinan tanpa campur tangan pakar psikologi.

“Kebetulan kan tema-tema yang menyangkut psikologi sedang nge-hype dan banyak orang yang insecure sama dirinya. Banyak yang relate di lingkungan kita. ‘Gimana sih caranya kita ngobatin insecure tanpa self diagnosis?’ itu,” papar Ketua Pelaksana BISIK, Apriliana Suryani.

Apriliana bersama para panitia BISIK yang lain telah menggelar acara tersebut pada 18 November lalu dengan mengangkat tema ‘mengubah insecure menjadi bersyukur’.

Sebanyak 75 peserta dari berbagai kalangan, termasuk mahasiswa dan umum, turut meramaikan acara ini. Apriliana juga mengajak, agar masyarakat lebih peka terhadap isu kesehatan mental tanpa menunggu parah terlebih dahulu.

“Kita harus aware dengan yang gak parah. Karena bisa parah kalau dibiarkan. Termasuk insecure ini,” pungkas wanita berhijab ini. (mg2/gni)

Kirim pesan
Butuh bantuan?
Hai, apa kabar?
Apa yang bisa kami bantu?