Tak Kapok Setelah Tersedak Minyak Tanah hingga Masuk Rumah Sakit, Ini Kisah Penari Api di Kota Malang

Yeshintha Octavianti, S.Pd, penari api yang aktif sejak tahun 2014 di Kota Malang (foto : Dok. pribadi)
Yeshintha Octavianti, S.Pd, penari api yang aktif sejak tahun 2014 di Kota Malang (foto : Dok. pribadi)

 

Kota Malang, Blok-a.com – Kata orang tua zaman dulu, janganlah bermain api. Pasalnya, api adalah sesuatu yang berbahaya dan digunakan seperlunya saja. Namun bagi seorang penari api Kota Malang ini, Yesintha Octavianti, S.Pd, api justru menjadi bagian dari dirinya dalam berkarya.

Dia memulai langkah menjadi seorang penari api atau fire dance di Kota Malang sejak tahun 2014. Kala itu, memang Yeshinta sempat takut pada api. Apalagi, tidak mudah untuk membiasakan diri bergerak dengan properti api.

Namun jiwanya yang terpanggil dengan hal ekstrem dan penuh adrenalin tidak bisa dibendung. Dalam sehari, Yeshinta bisa berlatih selama berjam-jam lamanya.

“Kita biasanya latihan jam 7 sampai jam 10 atau kadang jam 7 sampai jam 11,” jata Yeshinta, pada Kamis (11/1/2024).

Yeshinta menjadi seorang penari api yang tergabung dalam Malang Fire Dance. Sebagai penari api, Yeshinta kerap diminta untuk perform dan melakukan atraksi di beberapa acara.

Pernah suatu ketika, ada kejadian yang cukup krusial dalam penampilannya. Yakni, kala itu dia harus membuat semburan api. Mekanismenya adalah seorang penari harus menggenggam alat besi yang ujungnya telah dibebatkan sumbu.

Kala itu, musik hampir saja berakhir sementara Yeshinta belum memegang properti itu. Sehingga dia harus terburu-buru. Sayangnya, pada saat mengejar tempo musik, Yeshinta tersedak minyak tanah yang ada di mulutnya. Pedih bukan kepalang, rasa getir menyeruak di mulutnya.

Karena kejadian itu, Yeshinta kemudian segera dilarikan ke rumah sakit. Dia harus menjalani bedrest selama satu hingga dua minggu.

“Tapi ya setelah itu, nggak kapok lagi sih. Ya tetep nari tetep main api,” kata wanita berambut panjang ini.

Sejak saat itu, Yeshinta tidak lagi takut dengan api. Bahkan hampir 10 tahun dia menjalani profesi ini tidak pernah ada lagi rasa takut di dalam dirinya dengan api.

Ketika menjadi seorang penari api, Yeshinta dan teman-temannya membuat kostum sendiri. Yakni, sebuah kostum yang tidak mudah tersulut api. Mereka menghindari bahan tipis berongga agar tidak mudah terbakar.

Ke depan, Yeshinta tidak ingin berhenti menjadi seorang penari api. Bahkan di tengah kesibukannya sebagai seorang guru tari di SMKN 1 Malang, dia tidak berhenti berkarya.

“Kalau kata temen-temenku begitu ya, apa aku ini tertarik sama hal ekstrem tapi inshaAllah aku nggak ada niatan untuk berhenti jadi penari api sampai kapanpun. Dan bisa menumbuhkan komunitas Malang Fire Dance lebih besar lagi,” tuturnya optimis. (wdy/)

Kirim pesan
Butuh bantuan?
Hai, apa kabar?
Apa yang bisa kami bantu?