Kabupaten Malang, blok-a.com – Meningkatnya kasus gagal ginjal anak banyak menjadi sorotan publik. Di Kabupaten Malang, salah satunya di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kanjuruhan, pasien gagal ginjal anak juga tengah menjadi perhatian khusus.
Seperti diketahui, Data Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) mengungkapkan bahwa sejak 2010 hingga 2023, kasus diabetes pada anak meningkat sebesar 70 persen. Terdata juga bahwa 1 dari 5 anak usia 12-18 tahun memiliki gejala awal gagal ginjal, seperti hematuria atau proteinuria.
Direktur Umum (Dirut) RSUD Kanjuruhan, Bobi Prabowo menerangkan, setidaknya ada satu pasien gagal ginjal anak yang menjalankan pengobatan rutin di RSUD Kanjuruhan.
“Jumlahnya sejak tahun 2023 sama, karena pasien rutin kontrol. Selain cuci darah, dilakukan evaluasi obat-obatan rutin dan juga memastikan tidak ada keluhan tambahan,” kata Bobi kepada Blok-a.com, Sabtu (3/8/2024).
Perlu diketahui, RSUD Kanjuruhan Kabupaten Malang mencatat sejak Januari – Juli 2024 ada tujuh pasien Diabetes Melitus (DM) tipe satu dan gagal ginjal yang menyerang pasien usia anak-anak.
Jika dirincikan, ada enam pasien mengidap diabetes dan satu pasien gagal ginjal anak. Seluruhnya, telah mengalami pemeriksaan secara rutin atau kontrol setiap bulannya sejak 2023 lalu.
Lebih lanjut, Bobi menjelaskan, keluhan awal yang dialami pasien gagal ginjal anak yakni dengan mual, muntah dan tubuh lemas berkepanjangan.
“Biasanya ketahuan waktu periksa, karena diambil darah dan dicek (cek laboratorium) ternyata diketahui fungsi ginjalnya meningkat. Kalau tidak dicek lab pasti tidak ketahuan,” katanya.
Selain fungsi ginjal yang meningkat, sambung Bobi, kebanyakan pasien anak yang mengidap gagal ginjal juga mengalami penurunan Hemoglobin (HB) alias sel darah merah.
“Jadi kandungan darah merahnya turun kalau gangguan gagal ginjal kronis pasti mengalami hal itu,” tambahnya.
Dokter Spesialis Umum RSUD Kanjuruhan tersebut meminta agar orang tua mewaspadai hal tersebut. Mengingat, gajala awal kasus gagal ginjal anak seperti sakit pada umumnya, hanya ditandai dengan mual dan muntah.
“Karena gejalanya seperti sakit biasa-biasa saja, hanya mual dan muntah. Namun, begitu dicek laboratorium ternyata fungsi ginjalnya meningkat, dan HB-nya turun itu yang berbahaya,” tuturnya.
Ia mengimbau agar para orang tua lebih ketat dalam pengawasan makan maupun minum sang buah hati. Seperti dengan memperhatikan kandungan yang ada dalam makanan maupun minuman yang dikonsumsi.
Meminimalisir makanan yang mengandung pengawet tinggi, makanan siap saji, minuman dan makanan yang tinggi gula dan soda serta minuman stamina yang tidak diperbolehkan dikonsumsi anak-anak dalam jumlah banyak.
“Kuncinya pada pengawasan orang tua, minuman stamina itu kalau dikonsumsi secara terus menerus akan mengakibatkan nefropati atau kerusakan ginjal, biasanya ditandangi dengan mengecilnya ginjal,” pungkasnya. (ptu/lio)