Kota Malang, blok-a.com – Profesi guru Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah sosok yang krusial. Pasalnya, sebagai guru anak usia dini, perlu kesabaran ekstra untuk mendidik. Di masa kini, kesejahteraan guru PAUD memang patut dipertanyakan. Pasalnya, gaji guru PAUD di Kota Malang masih di angka Rp 250 ribu hingga Rp 600 ribu saja. Hal itu membuat banyak guru PAUD harus mencari cara untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Salah satunya adalah guru PAUD satu ini, Hennie Dyah Sukma Ratry. Dia menyebut, pendapatannya bahkan tidak menutup biaya kuliahnya untuk menjadi guru.
“Tidak sepadan. Tapi, kesannya menyenangkan, setiap kali bertemu dengan anak-anak ada saja tingkah dan cerita yang mereka sampaikan pada waktu disekolah,” beber wanita asli Malang ini.
Ratry, sudah menjadi guru PAUD sejak 3 tahun lalu. Namun, Ratry enggan untuk menyebut berapa kebutuhan hidupnya dalam sebulan. Yang jelas, untuk memenuhi kebutuhan hidup, dia bahkan mengajar di 4 sekolah dalam sehari. Ratry juga mengajari anak-anak usia dini untuk menari tradisional. Kesibukannya mengajar di berbagai sekolah juga pernah mempengaruhi kesehatannya.
“Wah capeknya jangan ditanya, pernah tensi sampai turun, masuk IGD,” beber Ratry.
Akan tetapi, Ratry memilih untuk tidak merasakan rasa lelahnya. Padahal, mengajar anak usia dini bukanlah perkara mudah. Anak-anak usia dini memang memiliki pendekatan sendiri. Apalagi, kecenderungan anak PAUD untuk bermain lebih besar.
“Kendalanya kalau mengajar anak usia dini lebih banyak bermain, karena pada hari yang ditentukan anak seusia itu moodnya bisa berubah-ubah,” paparnya.
Meski biaya kuliah yang dikeluarkan tidak sepadan dengan pendapatan guru, Ratry menyebut masih ada celah. Selama dia bisa mengatur keuangan, mana kebutuhan yang pokok harus diprioritaskan, pasti profesi guru bisa digunakan untuk bertahan hidup.
“Untuk kebutuhan bulanan guru saya rasa sudah terfasilitasi sekolah kalau untuk ATK (Alat Tulis Kantor), tapi terkadang saya punya buku jurnal harian saya sewaktu mengajar,” ungkapnya.
Tidak hanya keuangan sehari-hari, Ratry juga harus mengatur waktunya. Setiap pagi, Ratry akan mengajar PGPAUD hingga siang hari. Di siang atau sore, dia akan mengajar di sekolah lain. Kemudian, menjelang malam sekitar setelah maghrib, barulah dia bisa meluangkan waktu untuk keluarga sebagai seorang ibu.
“Tanggung jawab lain sebagai ibu yang harus pandai membagi antara pekerjaan, anak dan rumah,” beber dia.
Mengajar di banyak tempat juga membuatnya harus pandai menyesuaikan diri. Bukan hanya lingkungan dan murid, namun juga orang tua murid. Dia bertemu dengan banyak karakter orang tua siswa di berbagai sekolah. Namun, dia tidak menerima keluhan terkait kesibukannya mengajar di berbagai tempat. Justru, dia bisa menjaga hubungan baik agar tetap akrab bersama para wali.
“Wali murid awalnya mungkin adaptasi ya, mengenal karakter masing-masing orang tua siswa atau siswi ndak secepat dan segampang buy something. Tapi lama kelamaan akrab. Ada yang jadi teman, ada yang keluar bareng, ada yang olahraga bersama,” beber dia.
Sementara itu, seorang guru PAUD di sekolah Katolik, Yohanes Erick, menyebut pendapatan gajinya sudah terbilang lumayan. Namun, Yohanes enggan memberi tahu nominal gajinya. Yang jelas, dari penghasilannya, dia bisa menghidupi kedua anak dan istrinya tanpa mengajar di sekolah lain.
“Saya biaya hidup sebulan berkisar 5 sampai 6 (juta). Belum cicilan. Puji Tuhan, bisa cukup,” ujar lelaki tinggi ini.
Status Yohanes di sekolah tersebut sudah menjadi guru tetap di yayasan tersebut. Meski demikian, biaya kuliah yang dikeluarkan Yohanes juga tak sedikit.
“Tahun itu saya ambil S1 masih 2 sekian untuk SPP (uang kuliah semester), kalau uang pangkal di angka 5 atau 6 sekian saya lupa,” beber dia.
Ketika ditanya soal apakah gajinya sepadan dengan biaya kuliah, Yohanes menjawab tidak. Namun, Yohanes menyebut, ketika sudah dicukupkan oleh Tuhan kebutuhannya sehari-hari, dia sudah bersyukur. Dia sendiri sudah menekuni profesinya sebagai guru sudah 5 tahun.
“Buat saya tak penting apakah sepadan dengan kuliah saya atau tidak, tapi melihat anak-anak senang sudah jadi berkat Tuhan,” tandasnya. (mg2/bob)