Siswa ABK SMPN 8 Kota Pasuruan Dibully, Kini Trauma

Pasuruan, blok-a.com – Seorang anak berkebutuhan khusus (ABK) di SMPN 8 Kota Pasuruan menjadi korban bullying oleh rekan sekolahnya hingga mengalami trauma berat.

Korban, mengalami luka cidera di dada akibat pelecehan verbal, dicubit pelaku hingga luka lebam. Kemudian korban diejek dan diremdahkan hingga psikisnya tergores dan berujung tidak mau sekolah.

Orangtua korban pun melaporkan kasus bullying itu ke Polres Pasuruan, pada hari Jumat (8/3/2024), kini kasusnya ditangani unit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA).

Informasinya, kejadian pembulyan dilakukan di kawasan sekolah di Sekar Gadung, Kota Pasuruan, Jawa Timur, pada Rabu (6/3/2024).

Kata ortu korban, anaknya diejek karena kekurangan fisik, hinggs korban membalas dengan ejekan dengan kata-kata gendut.

Di situlah pelaku naik pitam dan mencubit sekujur tubuh korban NJ hingga bagian tubuhnya membiru.

Setelah itu, pelaku menggosokkan penghapus papan ke muka korban hingga wajahnya jadi hitam.

“Anak saya diketawai rame- rame, sehingga tidak mau sekolah di SMPN 8 Kota Pasuruan,” ujar ortu korban, Jumat (30/3/2024).

Saat dikonfirmasi media blok-a.com, Wakil Kepala SMPN 8 Kota Pasuruan, Puji, menyatakan pihak sekolah telah mengetahui kasus bullying yang menimpa ABK tersebut.

Langkah pun telah diambil untuk menangani masalah ini secara serius.

“Kami sudah lakukan mediasi dengan kedua orang tua wali murid,” kata Puji di SMPN 8 Kota Pasuruan bersama guru BK dan wali kelas korban.

Puji menambahkan korban adalah ABK, namun pelaku juga demikian hanya saja di sakit saraf.

Sebenarnya, korban dikenal sebagai anak nakal di kelasnya dan sering memukul kepala dan memegang pantat teman.

“Korban juga pernah melakukan kekerasan, yaitu menyayat tangan temannya memakai kayu, dan orang tua korban juga pernah kita panggil,” imbuh Puji.

Sementara itu, orang tua korban membantah anaknya bertindak seperti perkataan Wakasek.

“Anak saya tidak pernah melakukan penyayatan dan memegang pantat perempuan. Memang saya pernah dipanggil karena anak saya hiperaktif dan tidak bisa diam, bukan terkait tangan temannya yang disayat oleh anak saya. Kenapa wakil kepala sekolah mengatakan seperti itu,” bantah orang tua korban.

“Saya merasakan pihak sekolah terkesan melindungi pelaku. Dampak dari kejadian ini anak saya jadi trauma dan tidak ingin bersekolah,” imbuhnya.
Orang tua korban hanya ingin minta iktikad baik dari pihak sekolah dan keluarga pelaku karena kejadian itu membuat korban trauma berat dan tak mau sekolah.

Namun, pihak sekolah dan keluarga pelaku belum memberikan kejelasan dan solusi bagi anak korban.

Hingga berita ini ditayangkan, blok-a.com masih menghubungi Unit PPA Polres dan Kepala Dinas Pendidikan Kota Pasuruan.(rah)

Kirim pesan
Butuh bantuan?
Hai, apa kabar?
Apa yang bisa kami bantu?