Kota Malang, Blok-a.com – Musim nyaleg atau pencalonan diri berebut kursi legislatif bisa dibilang semakin memanas menjelang bulan Februari. Ternyata, hal tersebut bisa mempengaruhi kesehatan mental bagi caleg.
Hal itu disampaikan oleh psikolog, Romi Anshorulloh. Menurut dia, sifat politik yang tidak pasti tersebut bisa mempengaruhi kesehatan mental dan jiwa. Kecemasan yang lahir dari ketidakpastian itu bisa menyebabkan stress.
“Menjelang Februari banyak caleg yang mengalami stres. Banyak kerugian yang dialami caleg bila tidak bisa mengelola stress,” kata Romi, pada Rabu (10/1/2024).
Di Kota Malang sendiri, situasi politik memang begitu sengit. Hal itu memerlukan manajemen stress yang baik. Dampaknya apabila gagal mengelola stress yaitu penurunan kinerja kampanye, blunder dan salah strategi hingga gangguan mental.
Dari informasi yang dikumpulkan wartawan Blok-A.com, bahkan di berbagai rumah sakit dan klinik kejiwaan telah siap menyediakan kamar bagi caleg stress. Salah satunya adalah RSJ Radjiman Wedyodiningrat. Tahun 2019 saja, mereka menyiapkan 700 tempat tidur di 136 kamar. Untuk tahun ini, jumlahnya tidak berbeda.
“Caleg yang stress juga bisa tampil tidak percaya diri hingga menyebabkan keluarga berantakan,” kata Romi.
Dari kasus yang ditanganinya, ada beberapa caleg yang mengalami stress juga karena habisnya modal kampanye. Dia menceritakan bagaimana caleg yang stress itu kemudian tidak mampu lagi menjaga kesehatan mentalnya.
Caleg itu bermodalkan puluhan hingga ratusan juta rupiah untuk kampanye. Uang itu dihabiskan untuk kebutuhan baliho, iklan, dan kegiatan kunjungan. Kemudian, caleg itu mulai merasa cemas.
Kecemasan itu lahir dari kekhawatiran kalah dan menang yang beda tipis. Bisa jadi pada suatu hari caleg tersebut merasa menang, namun keesokan harinya pesimis.
Sehingga, emosinya mulai tumpah ke ranah keluarga. Dia akhirnya juga mengalami trust issue, pasalnya di dunia politik teman bisa memiliki dua wajah. Kemudian, perasaan-perasaan tersebut terakumulasi menjadi satu dan tidak disalurkan. Yang paling parah, sang caleg bisa kehilangan kesehatan mental dan jiwanya. Namun, Romi enggan membeberkan lebih lanjut karena hal tersebut merupakan privasi pasien.
Terkait umur, kecemasan itu bisa melanda siapa saja. Baik politikus yang sudah lihai maupun yang masih baru terjun ke dunia politik. Sehingga, kesehatan mental caleg bisa terancam kapan saja.
“Itu tidak pandang bulu. Jadi siapa saja bisa stress, makanya harus hati-hati dalam mengelola stress,” kata Romi. (wdy/bob)