Kota Malang, Blok-a.com – Keberadaan Balai Kota Malang menjadi ikon di Bumi Arema miliki sejarah menarik.
Balai Kota Malang sendiri merupakan sebuah bangunan yang melayani administrasi dan kantor bagi Wali Kota Malang serta Wakil Wali Kota Malanvlg. Bangunan putih ini, telah menjadi landmark penting sejak tahun 1929 yang mengusung warisan arsitektur zaman Belanda yang masih utuh.
Pada tanggal 12 Desember 2018, bangunan ini diakui sebagai bagian dari cagar budaya. Pasalnya karena nilai sejarah yang masih melekat erat dalam bangunan itu.
Pada saat itu, Kota Malang bertransformasi menjadi pemerintahan kota yang terjadi pada tanggal 1 April 1914. Dengan perubahan status ini, Malang diberikan hak untuk mengelola pemerintahannya sendiri, dipimpin oleh seorang wali kota. Meski demikian, perlu waktu lima tahun sebelum munculnya wali kota pertama, H.I. Bussemaker, yang memerintah dari tahun 1919 hingga 1929 itu. Pada masa itu, Kota Malang belum memiliki kantor pusat pemerintahan yang memadai.
Pembangunan gedung yang saat ini jadi kantor pemerintah itu sendiri baru dilaksanakan pada tahun 1927 dan memakan waktu sekitar tiga tahun. Biaya pembangunan mencapai sekitar 287.000 Gulden atau setara dengan Rp22 miliar dengan kurs saat ini.
Gedung ini secara resmi digunakan pada bulan November 1929, di bawah kepemimpinan wali kota saat itu, Ir. EA Voorneman.
Ide untuk mendirikan Balai Kota Malang muncul seiring dengan rencana alun-alun J. P Coen atau Alun-Alun Bunder. Proses pembangunan dimulai melalui sayembara desain. Kemudian, desain yang terpilih berasal dari H.F. Horn dari Semarang, sementara rancangan interior dipercayakan kepada C. Citroen dari Surabaya.
Dari segi arsitektur, Balai Kota Malang memperkenalkan konsep yang unik, dengan dua aspek infrastruktur utama. Pertama, desain yang memperhitungkan letak bangunan dan memiliki sistem pendingin alami. Kedua, fungsi bangunan yang berperan sebagai benteng pertahanan.
Balai Kota Malang, awalnya dirancang sebagai bangunan dua lantai dengan total 13 ruangan, tujuh di lantai satu dan enam di lantai dua. Semua bagian konstruksi, termasuk jendela dan grendel, mempertahankan keasliannya. Hingga kini, bangunan tersebut nampak masih berdiri kokoh tanpa banyak perubahan. (mg2/)