Olah Telur Asin Jadi Kerupuk Renyah, IRT di Malang Raup Untung Rp10 Juta per Bulan

Warga Desa Ngijo, Kecamatan Karangploso raup untung puluhan juta dari usaha kerupuk telur asin seledri (blok-a.com/Putu Ayu Pratama S)
Warga Desa Ngijo, Kecamatan Karangploso raup untung puluhan juta dari usaha kerupuk telur asin seledri (blok-a.com/Putu Ayu Pratama S)

Kabupaten Malang, blok-a.com – Berbekal coba-coba mengolah telur bebek yang tak layak jual karena retak, seorang ibu rumah tangga (IRT) di Kecamatan Karangploso, Kabupaten Malang, membuahkan hasil yang tak terduga. Produknya justru dilirik pusat oleh-oleh hingga mendapatkan keuntungan puluhan juta per bulan.

Ismatuliza namanya, warga Desa Ngijo, Kecamatan Karangploso. Wanita yang gemar berkebun dan mengolah hasil ternak ini sudah bergelut di dunia telur itik sejak puluhan tahun lamanya.

Bermula memiliki 40 ekor itik, ia kemudian mengolah menjadi telur asin dan kembali menjual hasil olahannya ke pedagang pasar.

Tidak hanya hasil ternak miliknya, ia juga menjualkan hasil ternak dari tetangga untuk membantu perekonomian di sekitarnya kala itu.

“Sempat juga jual mentah, tapi kok harganya murah. Dan tidak semua telur itu bagus ya, ada yang retak-retak juga. Jadi mutar otak gimana caranya bisa tetap jual telur retak dengan harga tinggi,” kata Ismatuliza saat ditemui blok-a.com, Sabtu (28/9/2024)

Ia kemudian memutar otak untuk tetap dapat menjual telur yang retak. Berbekal pengalaman yang serba terbatas di tahun 1993, muncullah ide membuat kerupuk dari bahan telur asin.

Karena keterbatasan informasi dan teknologi kala itu, ia hanya berbekal kemampuan yang pas-pasan.

Mulai dari mencampurkan bahan seadanya di rumah, hingga menemukan takaran yang pas untuk dijadikan bahan kerupuk.

“Belajarnya otodidak nggak pernah belajar atau nyontoh dari YouTube. Karena saya bikin kerupuk telur asin ini sudah mulai dari tahun 1993, waktu itu belum ada teknologi yang canggih seperti sekarang,” jelasnya.

Perbaikan demi perbaikan dilakukan, mulai dari mengganti bahan-bahan berkualitas, mengolah dengan menggunakan teknik yang lebih baik, sampai menambahkan bumbu perasa alami.

Ia juga menguji produknya di laboratorium untuk memastikan produk yang dijual aman dan sehat sebelum diedarkan ke para pelanggan.

“Awalnya saya nggak pakai daun seledri, namun setelah dari lab saya kepikiran menambahkan seledri untuk penyeimbang kadar kolestrol yang ada di telur asin itu sendiri. Begitupun dengan minyak, saya memilih yang berkualitas, itupun harus di-spinner dulu supaya kadar minyaknya tidak berlebih,” urainya.

Berawal jualan hanya di lingkungan sekitarnya, kini produk kerupuk telur asin seledri ‘Binar’ ini mulai dilirik pusat perbelanjaan hingga oleh-oleh di Malang. Lantaran produk ini dinilai unik dan jarang dijumpai.

Kini dalam satu bulan, Ismatuliza bisa meraup omzet kurang lebih Rp10 juta, dari penjualan 500 hingga 600 bungkus kerupuk.

Kerupuk telur asin seledri itu sendiri dibanderol dengan harga mulai dari Rp15 ribu hingga Rp25 ribu, sesuai dengan pilihan takaran.

“Sejauh ini pesanan paling banyak di pusat oleh-oleh Kendedes, ada juga pesanan dari temen-temen dan warga sekitar,” pungkasnya.(ptu/lio)

Kirim pesan
Butuh bantuan?
Hai, apa kabar?
Apa yang bisa kami bantu?