Kota Malang, blok-a.com – Universitas Insan Budi Utomo (IBU) menggelar buka puasa bersama dengan MWC NU Blimbing Kota Malang, di Kampus C Universitas IBU, Senin (1/4/2024).
Dalam buka puasa bersama hadir Rektor Universitas IBU Dr. Nurcholis Sunuyeko dan juga petinggi MWC NU serta ratusan anggota baik dari struktural hingga badan otonom (Banom).
Ketua Rais Syuriah MWCNU Kecamatan Blimbing Kota Malang, KH Syaifudin Zuhri menjelaskan, buka bersama Universitas IBU ini memiliki tujuan untuk mempererat hubungan atau ukhuwah.
“Ya alhamdulillah buka bersama di Universitas IBU ini urgensinya memumpuk suatu ukhuwah sesama muslim,” jelasnya usai buka bersama, Senin (1/4/2024).
Dia menjelaskan, ukhuwah tersebut dibagi menjadi tiga. Pertama adalah ukhuwah insaniyah. Kiai Syaifudin menjelaskan, ukhuwah insaniyah itu adalah pola persaudaraan yang dibangun sesama manusia.
“Walaupun berbeda agama, orang Islam tidak boleh mencaci orang beragama lain. Karena kepercayaan Islam, semua manusia itu ciptaan Allah,” jelasnya.
Kedua adalah Ukhuwah Islamiyah atau hubungan anatara sesama muslim. Dia menjelaskan, umat muslim mungkin ada yang berbeda-beda golongan. Amal-amalannya dalam setiap golongan pun berbeda.
Namun, dia menjelaskan, bahwa sesama muslim harus menganggap muslim lainnya saudara. Tidak boleh saling mengkafirkan dan tidak boleh menjelekkan. Nah di buka bersama Universitas IBU kali ini hal itu nampak, sesama umat muslim walaupun berbeda golongan guyub makan bersama dan salat berjamaah bersama.
“Itu ukhuwah Islamiyah harus menjaga kehormatan sesama muslim, saling tolong menolong sesama muslim. Karena logikanya ketika kita mendapat pertolongan Allah, di situ ada tolong menolongnya sesama muslim,” jelasnya.
Ketiga adalah ukhuwah Wathaniyah atau hubungan persaudaraan satu bangsa. Hubungan ini, Kiai Syaifudin menjelaskan, tidak berbatas pada persamaan agama. Hubungan tersebut juga tidak melihat ras.
Hubungan tersebut harus dipupuk dan dipererat karena menyangkut keselamatan bersama, kemanan, perdamaian, ketertiban, dan stabilitas sebuah bangsa.
“Jangan bilang agamamu apa, politikmu apa, kemarin nyoblos apa. Karena itu tanggung jawab bersama di sebuah nation atau negara,” jelasnya.
Dia juga menambahkan catatan, bahwa ukhuwah Wathaniyah ini ada batasnya. Dalam Islam batas dari sebuah hubungan itu adalah di agama. Jika berbicara agama, kata Kiai Syaifudin, tidak boleh dicampur aduk. Hal ini tertuang dalam Surat Al-Kafirun Ayat 6.
“Lakum diinukum wa liya diin. Artinya Untukmu agamamu, dan untukku agamaku. Dan artinya ini kita harus saling menghormati dalam perbedaan itu,” jelasnya. (bob)