Kabupaten Malang, blok-a.com – Patroli hutan di Gunung Bromo Tengger Semeru akan lebih dimasifkan kembali guna mencegah kebakaran hutan dan lahan (Karhutlah) seperti yang kembali terjadi beberapa waktu lalu.
Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) telah melakukan sejumlah upaya. Salah satunya yakni dengan berkoordinasi dengan sejumlah stake holder terkait untuk melakukan pengawasan yang lebih ekstra.
Kepala Bagian Tata Usaha Balai Besar TNBTS, Septi Eka Wardhani menerangkan, rapat koordinasi tersebut di antaranya untuk membahas langkah-langkah pencegahan karhutlah yang dapat berdampak pada kerusakan ekosistem hingga kerugian negara.
Sejumlah instansi yang terlibat di antaranya, Direktur Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan (PKHL) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK), Polres Kabupaten Pasuruan, Polres Kabupaten Lumajang, Polres Kabupaten Probolinggo, Polres Kabupaten Malang.
Kemudian, BPBD Kabupaten Malang, BPBD Kabupaten Pasuruan, BMKG, Camat Senduro, Camat Tosari, Perum Perhutani Divre Jawa Timur, KKPH Pasuruan, KKPH Malang, KKPH Probolinggo dan para Kepala Desa penyangga TNBTS.
“Upaya pencegahan pertama meningkatkan kegiatan patroli dan Pos Pam di akses jalan menuju areal rawan kebakaran hutan. Kedua mendirikan Posko Dalkarhut,” terang Septi pada awakmedia, Sabtu (22/6/2024).
Perlu diketahui, kebakaran hutan dan lahan di area Gunung Bromo, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur, kembali terjadi Selasa (18/6/2024) malam. Kemudian, api berhasil dipadamkan pada Kamis (20/6/2024) pukul 17.25 WIB.
Disinggung terkait penyebab kebakaran, Septi menyebut, sejauh ini pihak berwenang tengah melakukan identifikasi penyebab terjadinya kebakaran tersebut.
“Penyebab kebakaran sedang dilakukan pengumbulan bahan dan keterangan atau pulbaket oleh Tim Polhut Balai Besar TNBTS,” jelasnya.
Sementara itu, petugas gabungan masih terus melakukan proses mop up atau pendinginan untuk mencegah bara api kembali muncul. Sedangkan penghitungan luasan area yang terdampak kebakaran bakal dilakukan setelah proses pemadaman dan pendinginan.
“Pasca kegiatan pemadaman dan pendinginan akan dilakukan detasering untuk menghitung luas areal yang terbakar menggunakan citra satelit baik landsat dan sentinel, serta drone,” jelasnya.
Lebih lanjut, dari data sementara Balai Besar TNBTS mencatat, kebakaran ini cukup berdampak pada sejumlah vegetasi yang ada di kawasannya. Vegetasi yang terbakar berupa semak belukar dan rumput-rumputan.
“Seperti rumput merakan, alang-alang, kirinyu, putihan, kemlandingan gunung, Acacia deccurens, dan cemara gunung,” pungkasnya. (ptu/lio)