Blitar, blok-a.com – Pertandingan Liga 1 2024/2025 yang mempertemukan Arema FC dengan Dewa United bakal digelar di Stadion Soepriadi Kota Blitar, Senin, 12 Agustus 2024.
Sebanyak 800 personel gabungan sudah disiapkan untuk mengawal laga tersebut.
Namun, perhelatan tingkat nasional ini banyak dikecam masyarakat Kota Blitar. Khususnya para wali murid, pemerhati pendidikan, juga para pedagang kaki lima.
Hal tersebut lantaran Izin penggunaaan Stadion Soepriadi Kota Blitar sebagai home base Arema FC, berimbas ke dunia pendidikan dan pedagang.
Saat ini, beredar surat edaran Dinas Pendidikan Kota Blitar dan Kementerian Agama Kota Blitar yang menyatakan akan mengalihkan pembelajaran siswa sekolah tingkat Taman Kanak Kanak (TK), Sekolah Dasar (SD) hingga Sekolah Menengah Pertama (SMP) ke sistem online atau daring di hari pertandingan berlangsung.
Surat pemberitahuan yang ditandatangani kepala Dinas Pendidikan Kota Blitar tersebut, juga ditujukan kepada Kelompok Belajar (KB), Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dan Tempat Penitipan Anak (TPA).
Guru dan Wali Murid Geram
Menurut perwakilan wali murid dan guru pengajar, ini situasi yang mengkhawatirkan. Betapa tidak, demi pertandingan sepak bola, pemerintah harus mengorbankan siswa sekolah.
“Ini aneh, jarak Stadion Supriadi dengan sekolah anak saya sangat jauh sekitar 5 Kilometer, tapi mengapa harus diliburkan,” kata Mey salah seorang wali murid.
Disebutkan dalam edaran tersebut, demi menjaga serta mengantisipasi terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan pada saat pertandingan Arema FC vs Dewa United yang dilaksanakan hari Senin (12/08/2024), kegiatan belajar mengajar dilakukan secara daring dengan menggunakan aplikasi e-learning.
Kepala sekolah dan pengawas sekolah bertanggungjawab dalam pengendalian monitoring pelaksanaan proses belajar mengajar.
“Ini sangat mengkhawatirkan. Ini kan masih tahun ajaran baru, anak saya baru masuk sekolah SD. Namun harus dikorbankan untuk sepak bola. Kita sebagai warga Kota Blitar, akan mendapatkan apa dari sepak bola itu,” ujar Trias, ibu 3 anak yang ikut geram.
Sementara itu, salah satu pengajar SMP swasta di Kota Blitar, turut menyanyangkan sikap Pemerintah Kota Blitar yang terkesan mementingkan klub sepak bola dari daerah lain. Ketimbang mengedepankan masa depan anak-anak.
“Konyol, kita mau disuruh nonton sepak bola atau apa kok semua diliburkan. Kasian anak-anak, kasihan orang tua siswa. Kalau sebulan ada 2 pertandingan, ya satu bulan itu saja diliburkan sekalian,” ujar MS salah satu pengajar di SMP Swasta.
Untuk diketahui, Arema FC Malang menjadikan Stadion Soepriadi menjadi laga kandang pada kompetisi sepak bola Liga 1 untuk 6 pertandingan home atau paruh musim.
Di putaran kedua nanti, Arema FC akan pulang ke Stadion Kanjuruhan Malang yang kini mengalami perbaikan usai Tragedi Kanjuruhan tahun 2022 lalu. (jar/lio)