Kota Malang, blok-a.com – Rencana Pemerintah Kota Malang untuk membangun kawasan wisata baru di Soekarno-Hatta (Suhat) ternyata belum tersosialisasikan dengan baik kepada masyarakat, terutama mahasiswa yang menjadi target utama proyek ini.
Dalam wawancara Blok-a.com dengan beberapa mahasiswa, mereka menyatakan ketidaktahuan mereka tentang konsep pembangunan tersebut.
Idan, seorang mahasiswa Universitas Brawijaya yang telah mendengar sekilas tentang rencana pembangunan kawasan wisata Suhat, mengaku kurang mengetahui detailnya.
“Setahu saya, di kawasan itu mau dibuat seperti kawasan wisata, ya. Tapi saya kurang tahu detailnya. Saya hanya tahu itu saja,” ujarnya.
Hal yang sama disampaikan oleh Satrio Putra, mahasiswa lainnya yang diwawancara pada kesempatan berbeda.
“Sayangnya belum pernah dengar, mas,” ujarnya ketika ditanya mengenai rencana pembangunan kawasan wisata di Suhat.
Menurutnya, kawasan Soekarno-Hatta saat ini sudah sangat ramai dan sering macet, terutama karena banyaknya motor yang parkir di pinggir jalan.
Karenanya, ia khawatir jika konsep seperti Kayutangan Heritage diterapkan di sana, maka akan tambah macet.
“Soekarno-Hatta terkenal ramai dan macet, terutama banyak motor yang parkir di pinggir jalan,” ujar Satrio.
Keluhan tentang kemacetan di wilayah Suhat juga disampaikan oleh Irgi, responden lainnya.
“Yang harus diselesaikan dulu itu kemacetan, mas. Selain itu, kalau ada jalan satu arah, biasanya menyebabkan kemacetan karena orang harus mencari tempat untuk putar balik,” kata Irgi.
Ketiga responden sama-sama berharap Pemerintah Kota Malang dapat lebih aktif dalam melakukan sosialisasi rencana pembangunan kawasan wisata Suhat. Mereka ingin mendapatkan informasi yang jelas tentang konsep dan tujuan dari proyek ini.
Selain itu, mereka berharap agar permasalahan kemacetan dan penggunaan trotoar di wilayah Suhat dapat diselesaikan terlebih dahulu sebelum memulai pembangunan.
Ketiganya mengusulkan agar pedagang-pedagang di sekitar taman ditata dengan baik dan tempat parkir diatur agar tidak berada di pinggir jalan.
Relokasi UMKM ke satu tempat yang terpusat diprediksi dapat membuat jalan raya Soekarno-Hatta lebih lancar.
“Kalau ada pusat UMKM, itu mungkin bisa mengurangi kemacetan dengan menata parkirnya lebih baik,” ujar Satrio.
Saran lainnya adalah penyediaan satu tempat khusus untuk UMKM, sehingga trotoar bisa digunakan sesuai peruntukannya.
“Trotoar seharusnya untuk pejalan kaki, bukan untuk tempat berjualan. Mungkin bisa diberikan fasilitas berupa lapangan untuk UMKM agar terpusat dan trotoar bisa digunakan sesuai fungsinya,” tutur Irgi. (art)