Kabupaten Malang, Blok-a.com – Kenaikan harga bahan pokok terjadi di sejumlah daerah, salah satunya yakni di Kepanjen, Kabupaten Malang. Lonjakan paling tinggi terjadi di komoditas cabai dan sayur-sayuran.
Pedagang sayur mayur di Pasar Kepanjen, Dewi Yolanda mengatakan, harga sayur saat ini tengah melonjak. Ia juga menyebut, hingga saat ini naik turunnya harga masih belum stabil.
“Sayur buncis naik, sebelumnya Rp10 ribu per kilogram, sekarang jadi Rp18 ribu per kilogram. Selain buncis ada juga tomat yang awalnya Rp 4 ribu jadi Rp 8 ribu, bawang merah juga naik,” terangnya Dewi saat ditemui di Pasar Kepanjen, Selasa (14/11/2023).
Tak hanya itu, lanjut Dewi, kenaikan harga juga terjadi pada komiditas cabai, mulai dari cabai kecil hingga cabai merah maupun cabai keriting di Pasar Kepanjen, Kabupaten Malang.
“Cabai melonjak dari Rp55 ribu menjadi Rp75 ribu per kilogramnya. Kalau cabai merah Rp65 ribu. Harganya naik sudah semingguan ini,” jelasnya.
Kendati demikian, permintaan cabai jurstru mengalami kenaikan di Pasar Kepanjen. Dewi mengaku, ada kenaikan kurang lebih 60 persen dari sebelumnya.
Sebelum harga cabai naik, ia mengatakan, setiap harinya ia hanya dapat menjual kurang lebih 2 kilogram cabai. Sedangkan, saat harga melonjak, ia dapat menjual 2 kali lipat lebih atau sekitar 5 kilogram perhari.
“Kalau naik memang habisnya lebih cepat. Tapi juga tergantung keadaan pasar pas sepi atau rame,” ujarnya.
Sebagai informasi, kenaikan harga cabai di Kecamatan Kepanjen Kabupaten Malang ini pun tidak semahal di Kota Malang. Sebelumnya diberitakan di Pasar Bunul Kota Malang harga cabai alami kenaikan hingga Rp 80 ribu per kilogram atau naik dua kali lipat dari dua minggu terakhir.
Baca selengkapnya di sini.
Sementara itu, pembeli cabai, Mulyati (37) mengeluh saat harga meroket tinggi. Kendati demikian, ia tidak dapat berbuat lebih. Sebab, sebagai penjual ceker pedas, produksinya tidak bisa dikurangi meskipun harga cabai sedang menggila.
“Mau gimana lagi ? Ya tetap belinya tidak bisa dikurangi. Kalau pakai cabai kering, rasanya beda gak kayak cabai segar. Dari pada nanti mengurangi rasanya, jadi tetap dibeli meskipun mahal,” terang Yati sapaan arabnya.
Setiap dua hari sekali, Yati mengaku bisa menghabiskan 2,5 kilogram cabai kecil dan 2 kilogram cabai besar untuk sekali produksi. Sehingga, untuk membeli cabai saja, ia harus menyisihkan setidaknya Rp280 ribu untuk setiap kali pembelian.
Untuk itu, ia hanya bisa berharap, lonjakan cabai tidak terjadi lebih gila lagi. Sebab, cabai merupakan bahan pokok dalam usaha rumahan yang telah dijalani 2 tahun terakhir ini.
“Omsetnya sedikit menurun, sebab biaya belanja lebih banyak tapi penjualan gak bisa naik,” terangnya.
Saat cabai normal, omset penjualannya bisa mencapai Rp280 hingga Rp300 ribu sekali produksi. Sementara itu, saat cabai merangkak naik, omsetnya menurun hanya sebesar Rp150 hingga Rp170 ribu dalam sekali produksi alias dua hari.
“Sangat terasa penurunannya. Ya semoga (harga) gak naik-naik lagi, biar omset bisa normal lagi,” harapnya. (ptu/bob)