Kabupaten Malang, blok-a.com – Musim kemarau mengancam nasib petani kopi di Desa Bangelan, Kecamatan Wonosari, Kabupaten Malang. Produktivitas kopi di daerah yang memiliki jenis kopi robustua tertua di Jawa Timur (Jatim) ini terancam terjun payung.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi, musim kemarau bakal berlangsung hingga beberapa bulan ke depan. Petani kopi di Bangelan, semakin khawatir.
Petani kopi asal Bangelan Malang, Iswanyudi menerangkan, musim kemarau mulai diresahkan oleh petani kopi di wilayahnya. Sebab, musim kemarau sendiri dapat menghambat pertumbuhan kopi.
“Kalau musim panas, bunga kopi atau kuncup tidak dapat mekar kalau tidak kena air. Jadi perlu bantuan pompa air kalau musim panas seperti ini,” ujar Iswayudi kepada Blok-a.com, Senin (15/7/2024).
Jika musim kemarau panjang, maka akan berdampak pada mengeringnya bunga, daun hingga pohon kering kemudian mati.
Sementara itu, jika pohon kopi tidak berbunga pada musim sebelumnya, maka pohon tersebut tidak akan membuahkan kopi di musim panen selanjutnya.
“Jika tidak berbunga, maka gak bisa membuahkan di tahun depan. Sehingga produktifitasnya akan turun di masa panen selanjutnya,” jelasnya.
Begitupula saat musim penghujan, curah hujan berlebihan juga dapat mengakibatkan buah kopi membusuk.
Lebih lanjut, Iswayudi menerangkan, dalam satu lahan ia memiliki 130 pohon kopi. Jika musim kemarau seperti saat ini, produksinya akan merosot, bahkan angkanya bisa mencapai dua kali lipat.
“Berbeda kalau cuaca normal, satu pohon lebat bisa 2 kilogram. Kalau musim kayak gini 1 kilogram saja nggak kesampaian,” bebernya.
Untuk menyiasati musim ini, Yudi mengatakan, perlu dibarengi dengan perawatan yang ekstra. Seperti melakukan pemupukan menggunakan pupuk kompos, penyiraman yang intensif.
Kemudian, pemotongan ranting kering, hingga penanaman pohon untuk penampik sinar matahari yang berlebih.
“Penyiraman satu minggu sekali, airnya secukupnya. Soalnya kopi kalau terlalu basah juga gak baik,” pungkasnya. (ptu)