Warga Merasa APK Caleg atau Capres yang Banyak di Kota Malang Tak Efektif untuk Pikat Suara

Warga Merasa APK Caleg atau Capres yang Banyak di Kota Malang Tak Efektif untuk Pikat Suara
Warga Merasa APK Caleg atau Capres yang Banyak di Kota Malang Tak Efektif untuk Pikat Suara (blok-a/Satria Akbar Sigit)

Kota Malang, blok-a.com – Alat Peraga Kampnye (APK) dari Caleg hingga Capres bertebaran di Kota Malang.

Entah dari partai manapun APK berupa baliho dan banner manapun memenuhi sudut-sudut di Kota Malang. Foto-foto para Caleg dan Capres serta berbagai ukuran selalu menghiasi saat berada di Jalan.

Sebenarnya apakah hal ini memikat suara warga?

Salah satu warga yang diwawancara oleh Blok-A.com pada Selasa (19/12/2023) adalah Fiole Aditya, warga Jalan Manggar. Dia mengaku kurang suka dengan APK-APK yang bertebaran di sepanjang Jalan Soekarno-Hatta Kota Malang.

“Sebenarnya informasi tentang calon-calon yang maju itu penting, tapi ya nggak seperti ini,” tuturnya.

Semrawutnya penataan APK Caleg ataupun Capres di Pemilu 2024, dan perbedaan ukuran yang mencolok dirasa sangat tidak estetik untuk dilihat di jalanan Kota Malang.

“Sampah visual. Coba lihat di Jl Soekarno-Hatta itu sudah keramean, ukurannya tidak seragam. Coba kalau satu ukuran semua mungkin lebih estetik,” tuturnya.

“Pemasangan di angkot lebih efektif kayaknya, soalnya selain ndak merusak mata juga dibawa keliling Malang, kan?” tambahnya.

Komentar lainnya datang dari Aditya Pradana, warga Blimbing yang berprofesi sebagai ojek online.

Aditya mengaku kata-kata dan foto di APK peserta Pemilu 2024 itu hanyalah pencitraan semata. Akhirnya pemasangan APK yang banyak tidak berdampak dengan kemana suaranya nantinya berlabuh.

“Gak masuk, isinya cuma pencitraan. Saya tahu ada beberapa caleg yang sehari-harinya itu maksiat saja kelakuannya, eh tapi pas foto di baliho berdandan kayak orang alim,” ujarnya.

Menurut Aditya, atensi langsung dengan cara aktif di media sosial dan mendatangi komunitas-komunitas seperti yang disebutnya salah satu Calon Walikota, malah dapat menggaet hati warga.

”Bisa langsung tahu orangnya gimana, bisa komunikasi, kalau warga mau komplain juga bisa kan, malah membantu dia membangun citra,” tambahnya.

Satu lagi komentar datang dari Setya Aji, warga Tidar yang mengaku lebih melihat banyaknya APK yanh bertebaran dari berbagai partai dan Caleg ataupun Capres sebagai sebagai penghamburan sumber daya.

Dia menilai semakin banyaknya APK, tidak malah membuat warga itu tertarik untuk memilih. Malah yang ada menurutnya, pemasangan APK yang terlampau banyak malah merusak pemandangan kota.

“Satu baliho itu menghabiskan berapa sumber daya, coba. Nggak ada gunanya juga buat orang-orang, malah ganggu pemandangan,” tuturnya.

Dari ketiga narasumber tersebut, semuanya mengaku tidak ada minat untuk memilih sosok yang terpampang di APK yang menurut mereka mengganggu. Walau sosok tersebut memasang APK paling banyak atau paling besar.

Hal ini menarik, sebab tujuan utama para calon legislatif memasang APK adalah untuk mendulang suara rakyat. Apakah persuasi APK untuk mendulang suara sudah mulai meluntur dan dibutuhkan strategi baru, atau kah APK memang dipasang untuk tujuan lain? (mg3/bob)

Kirim pesan
Butuh bantuan?
Hai, apa kabar?
Apa yang bisa kami bantu?