Asal Usul Kepanjen Malang, Berasal dari Kata ‘Panji’ yang Berarti Raja

Gerbang masuk kecamatan Kepanjen. (Blok-a.com/Putu Ayu Pratama S)
Gerbang masuk kecamatan Kepanjen. (Blok-a.com/Putu Ayu Pratama S)

Kabupaten Malang, blok-a.com – Kepanjen adalah kecamatan yang menjadi pusat pemerintahan Kabupaten Malang. Jaraknya kurang lebih 20 km dari pusat Kota Malang.

Terletak di ketingan rata-rata 336 mdpl, Kepanjen diapit 3 gunung besar yaitu Gunung Kawi, Gunung Semeru, dan pegunungan Malang selatan.

Sejarawan asal Malang, Rakai Hino Galeswangi menceritakan asal usul di balik lokasi Kecamatan Kepanjen, Kabupaten Malang yang muncul sejak masa mataram islam di Abad ke 8-9 Masehi.

Ibu kota Kabupaten Malang ini, memiliki kisah sejarah unik yang dapat dikatakan relevan dengan masa sekarang.

Dikatakan relevan sebab, dari masa sejarah hingga saat ini Kepanjen memiliki kesamaan fungsi tata letak yang hampir mirip.

Menurut Rakai, sapaan akrabnya, dalam cerita sejarah Kerjaan Mataram alias masa kerajaan Mpu Sindok, Malang memiliki lima watak alias lima kewilayahan.

“Jadi kalau kita ambil dari tata wilayah atau tata administrasi klasik, setalah kerajaan itu struktur birokasinya ada namanya watak. Setelah watak ada namanya wanwa, selanjutnya tani, setelah tani duan, setelah duan wisaya. Warak itu hampir sama strukturnya dari negara ke provinsi, selanjutnya kabupaten/kota, sampai di tingkat RT,” bebernya.

Watak pertama yakni watak Kanuruan yang saat ini menjadi Kota Malang. Watak kedua, yakni Waharu yang saat ini menjadi wilayah Kota Batu, Pujon hingga Ngantang.

Watak Ketiga, Watak Ujung yakni wilayah Lawang hingga Pasuruan, Watak Tagainhan berada disebalah timur Kabupaten Malang dan terakhir Watak Tugaran yakni di wilayah Kepanjen.

Disebut dengan Watak Tugaran sebab di prasasti Turian yang berada di Kecamatan Turen terdapat kata ‘Tugaran’. Kata Tugaran tersebut saat ini disamakan dengan Dusun Tegaron, Desa Panggungrejo, Kecamatan Kepanjen, Kabupaten Malang.

Pria yang juga menjabat sebagai Dosen Sejarah, Universitas Islam Internasional Darullughah Wadda’wah (UII Dalwa) itu menerangkan, saat masa pertengah atau masa madya, di wilayah Watak Tegaran atau Desa Tegaron itu merupakan tempat berkumpulnya para pemimpin atau raja.

Sementara itu, saat masa madya, masyarakat banyak menyebutnya pemimpin atau raja dengan istilah Panji. Maka dari itu, wilayah yang digunakan sebagai perkumpulnya raja disebut dengan Kepanjian.

“Karena itu, ketika wilayah itu banyak dihuni oleh para pemimpin mulai dari masa Sindok sampai masa akhir majapahit sampai masuk ke masa islam, maka orang-orang menyebutnya tempatnya panji, atau disebut dengan kepanjian. Yang sekarang orang tidak sebut dengan Kepanjian tapi jadinya Kepanjen,” ujarnya.

Dikatakan relevan sebab, saat ini wilayah Kepanjen ditetapkan sebagai pusat pemerintahan.

“Benar, oleh sebab itu kenapa dipilihnya (pusat pemerintahan) di Kepanjen, karena alasan itu,” pungkasnya. (ptu/lio)

Kirim pesan
Butuh bantuan?
Hai, apa kabar?
Apa yang bisa kami bantu?