Sebulan Kering, Warga Sumawe Malang Rebutan Air Bersih

Terdampak kekeringan, warga Desa Sumberagung, Kecamatan Sumawe, Kabupaten Malang berebut air bersih (blok-a.com/Putu Ayu Pratama S)
Warga Desa Sumberagung, Kecamatan Sumawe, Kabupaten Malang berebut air bersih (blok-a.com/Putu Ayu Pratama S)

Kabupaten Malang, blok-a.com – Krisis air bersih masih dirasakan sebagian warga di Kabupaten Malang. Ribuan warga yang terdampak kekeringan bahkan terpaksa berebut air bersih dari bantuan pemerintah.Tak jarang, mereka juga harus merogoh kocek karena minimnya pasokan.

Salah satunya terjadi di Desa Sumberagung, Kecamatan Sumbermanjing Wetan (Sumawe). Sejak Agustus 2024, warga telah merasakan susutnya air bersih di sumber mata air.

Kepala Desa Sumberagung, Muzayid menerangkan, setidaknya ada ratusan Kepala Keluarga (KK) yang terdampak kekeringan.

Menanggapi bencana tersebut, pihak pemerintah desa kemudian bersurat ke BPBD Kabupaten Malang untuk mengajukan bantuan air bersih.

“Kami bersurat untuk minta bantuan sejak Agustus, namun baru dilayani September karena statusnya darurat. Pendistribusian air bersih sejak awal September hingga hari ini. Kurang lebih satu bulan berjalan,” kata Muzayid kepada blok-a.com, Sabtu (5/10/2024).

Selain bantuan air bersih, pihaknya juga menerima bantuan tandon air portable serta sejumlah jerigen yang fungsinya untuk pendistribusian air ke rumah warga.

“Mekanismenya, satu tanki air berisi 5000 liter itu didistribusikan di beberapa titik tandon portable. Kemudian warga yang mengambil menggunakan jerigen yang sudah disediakan,” jelasnya.

Muzayid mengerangkan, pendistribusian dilakukan setiap harinya. Dalam sehari, ada 20 ribu liter yang didistribusikan. Masing-masing tanki berisi 5 ribu liter yang disalurkan di tiga titik tandon.

“Kalau satu tanki biasanya dibagi menjadi tiga titik, sebenernya masih kurang. Tapi ini kan di bagi juga biar rata,” ungkapnya.

Salah satu warga Desa Sumberagung, Ayu (24) mengatakan, ia rela antre air bersih sejak pagi untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Seperti mandi, cuci piring dan kebutuhan memasak hingga makan ternak.

“Ya ngantre kalau gak gitu ya gak kebagian karena harus berebut. Ini saja seharian nunggu, karena datangnya gak mesti kadang pagi kadang siang,” kata Ayu saat mengantre air bersih.

Ayu menyebut, sejak sebulan terakhir, sumur yang menjadi sumber mata air utamanya mengering. Sehingga, mau tidak mau ia harus menggantungkan hidupnya dengan bantuan air bersih dari pemerintah.

“Kalau dibilang cukup ya nggak cukup, tapi ya mau gak mau harus cukup. Wong memang rebutan, semua butuh air jadi ya harus berbagi,” ujarnya.

Hal yang sama juga diungkapkan Matsum (58). Petani ini mengaku sangat kesulitan jika musim kemarau. Sebab, desa tempat tinggalnya menjadi wilayah yang langganan kekeringan setiap tahun.

“Kalau pulang dari ladang ya ambil air untuk istri masak, nanti setelah dapat air baru berangkat lagi ke ladang. Karena kalau gak disempatkan ya gak kebagian,” ujar Matsum. (ptu/lio)

Kirim pesan
Butuh bantuan?
Hai, apa kabar?
Apa yang bisa kami bantu?